Adaptasi Cinta (03)

IMG_8426

Ketika awal-awal pernikahan, kami sebagai sesama anak sulung tentunya membawa ego anak sulung kami ke dalam keluarga ini. Karakter anak sulung yang biasanya selalu dijadikan rujukan pendapat seringkali muncul dan menyebabkan perbedaan pendapat yang agak alot. Apalagi karena cara orangtua kami membesarkan dan lingkungan kami adalah lingkungan yang benar-benar berbeda. Aku dari keluarga yang keras dan ramai dan kami cenderung mengutarakan apa yang ada di  pikiran kami secara langsung dan jelas, sedangkan keluarga Kang Han adalah keluarga yang cenderung kalem dan lembut dan terbiasa mengutarakan apa yang ada di pikirannya dengan cara yang tidak sederhana. 😛

Ada pandangan yang pernah kudapat ketika SMA, bahwa dua orang sahabat yang selalu bersama-sama akan memiliki kecenderungan cara berpikir dan kebiasaan yang sama bahkan kalau sesama perempuan akan memiliki jadwal bulanan yang bersamaan (hehe.. 😛 dan memang itu yang terjadi).

Bagaimana tidak dengan dua orang suami-istri yang selalu bersama dalam satu rumah dan ketika keluar rumah pun cenderung bersama. Dari sini maka adaptasi pola pikir dan kebiasaan terbentuk dengan sendirinya.

Seiring dengan berjalannya waktu, kita akan mulai memiliki tempat penyimpanan yang tetap untuk setiap barang-barang seperti alat tulis, perlengkapan makan, pakaian kotor, sepatu-sandal, dan sebagainya, pun kita akan mulai mengerti apabila pasangan kita merasa lapar dan jenuh, kita akan mulai memahami maksud dari pola pikirnya, kita akan mulai memahami makanan dan minuman kegemarannya, kita akan mulai memiliki kesepahaman satu sama lain. Terkadang tidak perlu diucapkan dengan kata-kata dan cukup dengan ekspresi.

Dan ego itu masih muncul terkadang dengan kesepahaman bahwa kita berdua atau salah satu di antara kita bisa mengalah untuk sementara sambil mencari titik tengah.

 

Bunqil – Islamabad, Mei 2013 dengan penyempurnaan 13 Juni 2013

Salah satu proyek penyelamatan tulisanku di multiply

Leave a comment