Adaptasi Cinta (02)

photo1132

Pernikahan adalah menyatukan dua pikiran yang berbeda, dua karakter dan kebiasaan yang berbeda, dua ide yang berbeda, dan dalam hal pernikahan kami, maka juga menyatukan dua jenis latar belakang pendidikan yang berbeda.

Keluargaku bahkan keluarga besarku bisa dikatakan tidak mengenal pendidikan pesantren dan kami sangat bangga dengan model pendidikan formal yang umum seperti SD Negeri, SMP Negeri, dan SMA Negeri. Pendidikan agama pun yang kami  pahami tidak perlu melalui pesantren akan tetapi cukup dengan pendidikan madrasah setingkat jenjang pendidikan dasar 9 – 12 tahun seperti Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Selebihnya, kemudian kami akan masuk ke universitas-universitas yang ada di sekitar kami utamanya universitas negeri. Kalaupun ingin meneruskan ke universitas di luar negeri maka opsi untuk keluarga kami adalah Jepang, Amerika, Australia atau Negara-negara Eropa.

Well, pola pikir tipikal umum orang Indonesia sepertinya.. tapi begitulah kami. Jadi, begitu muncul lamaran dari seorang yang alumni pesantren dan sekolah di jurusan Ushuluddin di sebuah kampus di Pakistan, jelaslah muncul banyak tanda tanya. Apakah pesantren itu jenjang pendidikannya aman? Bagaimana kondisi keamanan di Pakistan? Dan berbagai pertanyaan lain yang banyak dipengaruhi oleh ketidakberpihakan media dan kesetengah-setengahan informasi media.

Berbeda dengan keluarga besar kami, maka keluarga Kang Han lebih banyak mengacu pada pendidikan pesantren, walaupun Kang Han sendiri pernah mengalami pendidikan di SD Negeri dan SMP Negeri. Kemudian setelah lulus pesantren dan selesai pengabdian, maka kampus tujuan utamanya adalah kampus-kampus berbasis pendidikan agama seperti IAIN (UIN) dan semisalnya. Dan kalaupun ke luar negeri tujuan pendidikannya adalah Mesir, Saudi Arabia, Pakistan, Sudan, Yaman, Libya, Kuwait, Turki, dan semisalnya. Tempat-tempat yang tidak banyak aku ketahui kecuali Saudi Arabia untuk tujuan Haji. 😀 Pun tentang kondisi mahasiswa di Mesir aku hanya dapat informasi dari membaca dan menonton film-film yang diangkat dari novel Kang Abik seperti Ayat-ayat Cinta (yang filmnya dikemas cukup mengecewakanku) dan Ketika Cinta Bertasbih.

Dalam perjalanan pernikahan kami yang menginjak tahun ke-3 ini, latar belakang yang berbeda ini makin jelas perbedaannya. Saya yang tidak paham percakapan Bahasa Arab, ilmu-ilmu agama, pun Kang Han yang blank soal manajerial dan ilmu-ilmu umum. Semua saling mengisi dan saling mendorong. Perencanaan ke depan tentang kampung halaman menjadi salah satu yang menyatukan dua perbedaan latar belakang pendidikan ini. Mimpi kami, misi kami, visi kami… InsyaaaLlah menjadi saksi atas aplikasi ilmu yang kami miliki.

Bunqil – Islamabad, Mei 2013 dengan penyempurnaan 13 Juni 2013

Salah satu proyek penyelamatan tulisanku di multiply

Leave a comment