Dear Kakak Aqila (02)

Hari H Caesar…

Pagi itu hari Selasa. Ayah menemani Amu Hasan di ruang tamu sambil brosing2 dan ngobrol2… Ayah dan amu hasan sarapan telur rebus dan roti. Bunda sarapan roti yang dibuatkan ayah plus susu. Bunda juga sempat membuat status pagi itu terkait taushiyah mengenai Mahabbatullah yang disampaikan pada hari Ahadnya oleh ammah riyati (ummu Kayyisah) yang cukup berkesan untuk bunda karena bunda sudah lama tidak mendengar materi yang sama. Bunda juga terkesan dengan status om Novrizal yang memasang video youtube tentang seven minutes that can change your life, tentang bagaimana kita harus keluar dari rutinitas untuk mendapatkan kualitas iman yang lebih baik. Juga bunda dapat inspirasi dari status2 ammah dan amu yang lain. Poko’e hari itu bunda enjoy deh. Hari itu juga hari pertama bunda berangkat kuliah dari rumah Gali 12 dengan jalan kaki. Pagi itu juga bunda masih berkutat dengan assignment AAOIFI tentang non performing loan dan corporate accounting yang sangat rumit. Jujur saja, bunda memang tidur sangat larut malamnya untuk memahami bagaimana cara menjawab soal assignment itu. Bunda baru tidur jam 2 pagi. Bunda jam 11 kemudian bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Dan jam 11.30 bunda berangkat dengan sebelumnya makan siang nasi dan chicken karahi pedasnya hasan kabana yang sorenya dibelikan oleh amu hasan. Ayah yang menyuruh bunda untuk makan siang dulu. Pagi2 amu hasan sudah pergi meninggalkan rumah gali12, ayah kemudian mulai berkutat dengan kedelai.

Sampai di kampus jam 12, bunda merasa sangat telat kuliah, tapi teman bunda bilang, dosennya baru masuk 5 menit, ya sudah, bunda kemudian masuk kuliah International Bankingnya sir Ahmer Ahtar itu dengan PD. Selesai kuliah jam 1an, bunda kemudian sholat dzuhur dan agak terlambat masuk ke kelas Analysis of Financial Statementnya sir Tanveer Hassan. Sir Tanveer ini agak kagum gimana gitu sama kemampuan menghitung bunda, gara-gara pas materi financial ratios, bunda bisa menyelesaikan soal-soal fill in the blanksnya balance sheet dan income statement dengan sangat cepat. Sedangkan teman2 bunda yang lain agak lama. Tapi bunda agak khawatir sebenarnya soalnya jadinya sir tanveer ini punya ekspektasi lebay sama bunda yang sebenarnya bunda nggak segitunya.

Nah, pas bunda di kelas sir tanveer ini, bunda pilih duduk di kursi paling belakang room C109 bareng sama Bisharo dan Binta, para foreigner. Dan saat itu sir tanveer sudah membagikan hasil midterm bunda 18 out of 20 dan juga membagikan assignment of the day tentang funds statement dan cashflow statementnya Begalla Corporation. Bunda coba mengakses internet untuk melihat buku Wachowicz dan mencari tahu ada atau tidak kunci jawaban dari soal ini. yang ternyata tidak ada… hoo… Bisharo geleng kepala lihat bunda. Nah, ketika bunda mulai akan mengerjakan assignment itu, breessss…. Air mengalir dari vagina bunda dan langsung membasahi celana, rok dan jubah yang bunda pakai. ‘Oh no!! I am bleeding.’ Kata bunda ke Binta. Bunda kira itu pendarahan. Bunda langsung berdiri dan melihat ke kursi dan ternyata tidak berwarna merah melainkan bening. Terus mengalir keluar. Bunda langsung berpikir. ‘Waduh, air ketubannya pecah!!!’, bunda berasa panik… Binta menenangkan, sambil mengatakan, ‘Ayo kita ke rumah sakit.’ Bunda, Binta dan Bisharo langsung menghadap sir Tanveer dan pamit. Bunda mengatakan, ‘sir, I’m going to have a baby.’ Hehe… sir tanveer panik, ‘bagaimana? Ada kendaraan nggak?’ kata beliau sambil seperti ingin meminjamkan mobilnya. Trus bunda bilang bahwa binta have a car. Bisharo membereskan barang2 bunda dan kita langsung ngacir ke tempat parkir. Lubna dan Sehrish ikut menemani ke rumah sakit atas penugasan sir Tanveer. Di mobil bunda berupaya menghubungi ayah, tapi tidak diangkat-angkat. Akhirnya bunda mengsms ayah saja. Saat  itu hampir jam 2 siang.

Rombongan mengantarkan bunda ke Shifa International Hospital. Air ketuban terus mengalir. Bunda tetap tidak bisa menghubungi ayah. Bunda kemudian diantar dengan kursi roda ke Emergency Room Obs/Gyn. Di sana bunda ditanya soal apa yang terjadi dan berapa medical record number bunda, FB 7086. Sebenarnya malam sebelumnya yaitu hari senin malam, bunda dan ayah baru saja USG di dokter di G9 yang hasilnya posisi kakak masih dalam keadaan breech alias sungsang. Dan hari selasa itu bunda baru mulai mencari tahu bagaimana cara mengembalikan posisi sungsang kakak ke posisi normal alias kepala di bawah. Pagi itu juga ayah menyuruh bunda untuk mulai terapi sujud dan ngepel kamar… 😀

Bunda cemas siang itu, padahal waktu sholat dzuhur bunda juga baru bilang sama Binta bahwa bunda nggak mau dicaesar. Lah kok, semuanya kejadian. Karena air ketuban yang terus mengalir dan posisi kakak yang sungsang, akhirnya bunda dikasih suntikan penguat paru-paru dexamethone untuk menguatkan paru-paru kakak. Kemudian bunda dengar bahwa ayah sudah mulai bisa dihubungi dan sedang dalam perjalanan menuju ke Shifa. Dalam kondisi itu masih dibingungkan lagi dengan pilihan dari dokter apakah bunda akan operasi di Shifa atau di rumah sakit yang lain karena setelah operasi kakak harus langsung dimasukkan ke NICU (Neonatal Intensive Care Unit). Dengan biaya yang tidak sedikit menjadikan ayah dan bunda bingung untuk menempatkan kakak di NICU Shifa International. Waktu semakin malam, bunda mulai merasakan kontraksi kakak dengan jeda yang cukup lama. Ayah dan teman2 bunda kemudian menyepakati bunda akan dioperasi di Shifa, berapapun biayanya, insyaaAllah ada. Admission bunda  dibantu suntikan biaya dari Binta. Teman2 bunda menemani bunda ketika di ruang periksa, pindah dari ER. Ada Binta, Bisharo, Rida dan bahkan bu Yuyun pun ikut menemani dan menguatkan bunda. Bunda baca terus akhir surah Al Baqoroh ‘Robbanaa laa tuaakhidznaa innaa siinaa au akhto’na… Robbanaaa wa laa tahmil ‘alainaa isron kama hamaltahu ‘alalladziina min qoblinaa… Robbanaa wa laa tuhammilnaaa maa laa tooqotalaanaa bih wa’ fuannaa waghfirlanaa warhamnaa anta maulaanaaa fansurnaa ‘alal qoumil kaafiriiin….’.

Sekitar jam 6 malam, kontraksi jadi semakin dekat jedanya. Dokter Arooj kemudian datang dan mengecek secara rutin perkembangan bunda. Bahkan dokter arooj juga yang kemudian mengatakan, ayo putuskan jadi atau tidak operasi di sini, tapi begitu sudah memutuskan untuk operasi di tempat manapun, bayinya nggak akan bisa dibawa ke tempat lain dan harus di NICU di rumah sakit itu. Beliau mengusulkan untuk bunda ke PIMS. Beliau bilang perlengkapan di sana bagus, dokter juga bagus, dan biaya bisa ditekan. Tapi bisharo mengatakan, di sana kotor, nggak bersih. Dokter Arooj masih mendorong untuk pindah rumah sakit. Soalnya di sini masalah biaya memang mengkhawatirkan untuk pasien yang notabene hanya student dan tidak berpenghasilan tetap.

Ayah tetap memutuskan untuk bunda dioperasi di Shifa. Jeda kontraksi mulai berasa setiap 5 menit dan semakin dekat. Jam 20 bundamulai disiapkan untuk dioperasi. Jam 20.30 bunda dibawa keluar dari ruang Ob/Gyn ke ruang operasi. Sekitar jam 20.45an bunda sudah dimasukkan ke ruang operasi, dan dokter serta perawat mulai mempersiapkan semuanya. Bunda melihat ada setidaknya dua laki-laki, yang satu sepertinya dokter senior, dan yang satu sepertinya dokter muda. Bunda juga melihat setidaknya ada dua dokter perempuan yang memakai pakaian hitam-hitam yang kemudian dua dokter ini yang mengoperasi bunda, dan setidaknya ada tiga perawat perempuan di ruangan itu. Satu yang membantu operasi, satu yang memantau kondisi bunda dan satu yang mempersiapkan bunda. Perawat yang mempersiapkan bunda mulai memasang segala sesuatunya, penyangga lengan kiri, penyangga lengan kanan. Kemudian bunda disiapkan untuk dibius lokal. Bunda disuruh untuk miring ke arah kiri dan dokter laki-laki yang senior mulai menyuntikkan bius lewat tulang belakang bunda. Itu yang bunda rasakan. Begitu selesai menyuntik sekitar dua kali, bunda dibaringkan lagi, dan bunda mulai merasakan kebal di kedua kaki. Bunda coba gerakkan tapi tidak bisa. Tapi anehnya bunda menunggu-nunggu kebal di perut yang tak kunjung  datang. Bunda masih diamkan saja, sampai kemudian tangan para dokter berpakaian hitam itu mulai menyentuh perut bunda. Di dada bunda diberi penghalang berupa kain, jadi bunda hanya bisa melihat kepala dokternya. Baiklah, kata bunda dalam hati, kita coba rasakan. Bunda mulai merasakan, laser atau pisau bunda nggak yakin, perut bunda dibelah. Cukup panjang di bagian bawah perut. Rasanya menggigit, tapi bunda belum mengeluhkan. Begitu belahan perut itu ditarik ke atas dan ke bawah dan diberi penahan, bunda baru mulai berekspresi supaya susternya menyadari. Kemudian perawat yang tadi menyiapkan bunda datang mendekat dan bertanya ‘do you feel the pain?’ lalu bunda iyakan. Dan saat itu juga suster tadi memasukkan suntikan bius total ke tangan kanan bunda melalui jalur infus. Ketika bius total itu bekerja tidak sampai satu menit kemudian, bunda merasa seperti sangat hampa, sangat rapuh, tidak bisa apa-apa, dan bunda seperti dibawa ke sebuah tempat yang sangat kaku, sangat putih, dan bunda merasa seperti tidak hidup. Saat itu bunda pasrah total. Bunda tidak punya kekuatan sama sekali. Seperti mimpi buruk.

Ketika kesadaran bunda mulai pulih, bunda melihat penghalang di dada bunda sudah dilepas, lampu ruang operasi yang bulat tiga buah itu terlihat dengan samar. Bunda merasakan bahwa bunda diangkat dari meja operasi ke tempat tidur dorong dan dibawa ke ruangan yang lain sambil kesadaran bunda kembali hilang. Bunda kemudian merasakan dibawa dengan tempat tidur dorong lagi ke kamar dan dipindahkan dari tempat tidur dorong ke tempat tidur perawatan. Di tempat tidur perawatan ini biusnya mulai sedikit-sedikit menghilang dan bunda mulai bisa ngobrol. Seingat bunda, ada Rida di sana dan bunda menanyakan jam berapa ini, dijawab jam 23, kemudian bagaimana bayinya, sudah di ruang NICU katanya.

IMG0360A

Leave a comment